Pertumbuhan anak sangatlah penting bagi setiap orangtua. Buah hati yang hadir ditengah-tengah keluarga membuat kebahagiaan yang tak ternilai. Setiap orangtua pasti akan memperhatikan kebutuhan buah hatinya, mulai dari pertumbuhan fisik, pemenuhan kebutuhan gizi dan lain-lain.
Pemenuhan gizi yang optimal selama masa 1000 hari pertumbuhan memiliki peranan penting. Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau sering juga disebut periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Periode awal kehidupan juga sering disebut periode sensitif. Perkembangan sel-sel otak manusia pada masa tersebut sangat menentukan, sehingga bila terjadi gangguan pada periode tersebut akan berdampak permanen, tidak bisa diperbaiki. Gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama kehidupan, selain akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik, juga akan menyebabkan gangguan metabolik, khususnya gangguan metabolism lemak, protein dan karbohidrat yang pada akhirnya dapat memicu munculnya penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes dan penyakit jantung koroner pada usia dewasa.
Istilah 1000 hari pertama kehidupan atau the first thousand days mulai diperkenalkan pada 2010 sejak dicanangkan Gerakan Scalling-up Nutrition di tingkat global. Hal ini merupakan upaya sistematis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil sampai anak usia 2 tahun, terutama kebutuhan pangan, kesehatan, dan gizinya.
Untuk itu kini saatnya kaum ibu, dan juga bapak untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan bahwa kelahiran anak bukan awal perhatian yang harus di berikan. Namun jauh sebelum itu, yaitu ketika sepasang suami-istri mulai menyiapkan diri untuk kehadiran buah hati dan pada wal kehamilan. Awal kehamilan merupakan titik awal dimana perhatian terhadapa buah hati diberikan, terutama dalam menjaga asupan gizi yang baik secara optimal, paling tidak hingga 1000 hari berikutnya.
Kenapa harus 1000 hari awal pertumbuhan
Mungkin banyak pertanyaan mengapa harus 1000 hari di awal kehidupan harus menjadi perhatian?. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan anak berlangsung secara cepat itu terjadi pada masa-masa awal, yaitu tahun pertama dan tahun kedua anak. Namun, dalam kasus-kasus kekurangan gizi, justru fakta menunjukan bahwa penurunan status gizi terjadi pada periode ini.
Hasil penelitian Shrimpton dkk (Jurnal Pediatric,Worlwide Timing of Growth Faltering: Implications for Nutritional Interventions,2000) menunjukan bahwa status gizi seorang anak berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) cenderung menurun pada saat ia memasuki usia 3 bulan. Penurunan status gizi yang sangat tajam terjadi hingga ia nberusia 12 bulan. Dan mulai melambat hingga usia 18-19 bulan. Hanuya saja, kekurangan gizi ini masih akan terus berlanjut hingga anak berusia 5 tahun.
Sementara, kalau dilihat berdasarkan indek berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB), penurunan status gizi dimulai sekitar usia 3 bulan hingga 15 bulan. karenannya, jika intervensi peningkatan asupan gizi dilakukan setelah anak berusia 2 tahun maka intervensi yang dilakukan menjadi tidak efektif. Kenapa menjadi tidak efektif? hal ini dikarenakan kondisi anak sebenarnya mulai memburuk jauh sebelum anak berusia 2 tahun dan setelah itu proses tidak dapat di ulang (irreverible).
Akan tetapi hal ini bukan berarti anak diatas 2 tahun tidak membutuhkan perhatian lagi, melainkan skala prioritasnya telah terlewati. Sekali skala prioritas telah terlewati maka proses tidak dapat diulangi. Para ahli menyatakan periode di bawah 2 tahun dikenal sebagai window of opportunities atau sering juga disebut periode emas (golden period). Dengan demikian , jika ingin mendapatkan generasi sehat dan kuat, maka skala prioritas 1000 hari pertumbuhandimulai saat buah hati masih dalam kandungan hingga usia 2 tahun.
Kekurangn gizi pada wal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Anak yang kurang gizi akan tumbuh lebih pendek (berat lahir rendah) dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif (perkembangan kecerdasan anak yang sejalan dengan perkembangan usianya), dan kemungkinan keberhasilan pendidikan serta menurunkan produktivitas pada usia dewasa. Selain itu, gizi kurang/buruk merupakan dasar kematian bayi/anak.
Oleh karena itu yang harus disadari secara sungguh-sungguh adalah jika terjadi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) pada periode emas ini. Hal itu tidak saja berdampak terhadap pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan kognitif dan kecerdasan lainnya. Meski gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki dikemudian hari dengan peningkatan asupan gizi yang baik dan tepat, namun tidak dengan perkembangan kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah menunjukan bahwa kekurangan gizi yang dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingg anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan penurunan drastis tingkat kecerdasan anak. namun disayangkan jika pada masa periode emas inilah yang sering lupur dari perhatian orangtua. Kemungkan hal ini disebabkan karena faktor ekonomi, pengetahuan maupun luputnya skala prioritas yang harus dipenuhi.
Memutus rantai kemiskinan
Pertumbuhan gizi yang optimal selama masa 1000 hari pertumbuhan, selian memberi kesempatan bagi anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat, lebihb produktif, dan beresiko lebih rendah dari menderita penyakit degeneratif di usia dewasa, juga berperan aktif dalam memutus rantai kemiskinan. Hal ini dimungkinkan dengan dilakukannnya upaya intervensi perbaikan gizi ibu hamil, bayi dan balita, sehingga melahirkan anak yang sehat.
Anak yang sehat hanya mungkin dilakukan dari seorang ibu yang sehat. Ibu hamil yang menjaga kehamilannya dengan asupan gizi yang cukup (gizi mikro dan protein). Ibu hamil yang mengalami kekurangangizi kronik sejak awal masa kehamilan misalnya, tentu akan beresiko melahirkan anak yang kurang sehat atau berat badan bayi baru lahir rendah, yakni kurang dari 2,5 kg. Berat badan bayi baru lahir normalnya yaitu minimal 2.500 gram.
Jika asupan gizi bayi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, karena kondisi ekonomi, sangat dimungkinkan anak akan menderita gizi buruk. Jika kondisi ini memungkinkan anak dapat bertahan hidup, pertumbuhannya akan mengalami hambatan termasuk perkembangan otaknya. Ditambah lagi, karena daya tahan tubuh lemah, anak akan sering sakit-sakitan. KOndisi ini tidak memungkinkan menjandi anak yang sehat dan produktif. kompetitif dan siap bersaing, bahkan hingga ia dewasa.
Bila kondisi ini terulang kembali pada si anak ketika dewasa, maka akan muncul keluarga baru miskin generasi kedua dari keluarga tidak mampu dan kurang gizi. Mereka pun akan mengalami kesulitan yang lebih kurang sama untuk menjadikan anak-naka meraka sehat dan produktif. Kondisi ini jelas menghilangkan kesempatan untuk memperbaiki generasi (lost generation) dan hal ini membuat seolah kemiskinan diwariskan ke generasi berikutnya.
Sementara fakta-fakta ilmiah sudah sangat jelas menyatakan bahwa kelalaian atau kelengahan memperbaiki gizi pada awal kehidupan, yakni pemenuhan asupan gizi (makro dan mikro) secara seimbang, yang di peroleh dari menyusui (ASI) ekslusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Akan menentukan masa depan anak di kemudian hari. Pertumbuhan yang sehat akan menjadikan anak yang sehat dan produktif. Hal ini kan tersu berkembang menjadi orang dewasa yang mampu membangun keluarga yang juga sehat dan produktif. Jika hal ini terjadi, rantai kemiskinan berhasil diputus dan berharap keluarga yang sehat akan tumbuh. (reff:nova,kemenkes)